Review Novel MARYAM karya Okky Madasari









 Hallo Bloggers.. Alhamdulillah ya aku masih bisa bikin postingan baru aku, semoga kita semua diberi kesehatan ya di akhir Desember ini. Udah turun salju belum? kalo aku sih udah turun saljunya.. eeeh, turun saljunya di LINE haha.. akhir-akhir ini sibuk banget sama tugas UAS yang bejibun banyaknya. Sampek-sampek lupa merindukan seseorang #UPS. Bercanda kok.
Oh ya kali ini aku mau ngereview hasil bacaku mengenai satu novel yang kalo menurutku sih recomended banget buat dibaca. Karena itu Novel seperti menceritakan dari sisi lain sebuah aliran agama gitu. Judul novelnya itu MARYAM. Karyanya  Okky Madasari. Sebenernya novel ini aku beli beberpa hari yang lalu karena mau aku pakai untuk analisis psikologi sastra yang membandingkan novel terbitan tahun -2000 dan novel terbitan 2000an gitu. Novel MARYAM ini sendiri terbit tahun 2012. Novel ini adalah pemenang Katulistiwa Literaty Award 2012 Prosa. Temanku, Khurin yang memilihkannya karena waktu itu aku bingung karena belum nemu buku yang mau aku jadikan novel yang aku bandingkan dengan novel terbitan tahun -2000. Sebelumnya Khurin udah baca novel Okky Madasari yang pertama judulnya EATROCK, sedangkan Maryam ini buku ketiga Okky Madasari. Akhirnya aku beli harganya kira-kira 63.000 dan aku baca.
Novel ini menceritakan mengenai seorang tokoh yang bernama Maryam. Settingnya ada di Lombok. Diawali dengan kebimbangan Maryam untuk kembali pulang setelah semua yang ia lakukan dulu. Awalnya agak membingungkan karena alur yang dibawakan itu campuran, tapi setelah dibaca lagi akan mengalir senidiri karena Maryam ingin menceritakan setiap kondisi meskipun yang ia ceritakan hanyalah kenangannya. Maryam adalah anak dari bapak dan ibu Khairudin yang merupakan keluarga dari aliran ahmadiyah. Di Lombok aliran tersebut memang cukup banyak ditemui. Dalam novel tersebut Maryam ialah gadis yang baik, sejak kecil ia tinggal di tepi pantai di wilayah Gerupuk, Lombok Selatan. Ayahnya merupakan tengkulak ikan, keluarganya pun cukup terpandang. Saat Maryam lulus SMA ia melanjutkan studinya di Universitas Negeri yang berada di Surabaya, meninggalkan kedua orang tuanya serta adik satu-satunya yang kala itu masih SD, namanya Fatimah.
Maryam tinggal di Surabaya dititipkan kepada kawan bapaknya, yaitu Pak dan Bu Zul. Mereka juga keluarga Ahmadi sehingga Pak Khairudin percaya menitipkan putrinya. Selam di Surabaya, Maryam masih mengikuti kegiatan orang-orang Ahmadi, hingga akhirnya ia di jodoh-jodohkan dengan Gamal seorang Ahmadi yang juga sering mengikuti pengajian. Gamal maupun Maryam tidak menolak sedikitpun karena mereka juga merasa suka sama suka. Ibu gamal menyuruhnya agar segera menikahi Maryam namun Gamal yang saat itu masih dalam proses skripsi ingin fokus dulu ke pendidikannya, Gamal ingin meminang Maryam setelah lulus dan bekerja saja. Namun hal tersebut tak pernah kesampaian karena setelah Gamal pergi ke jakarta ia berbeda dengan Gamal yang dulu. Ia menganggap Ahmadi itu sesat sehingga melukai perasaan kedua orang tuanya. Maryam masih belum bisa melupakan Gamal hingga ia lulus dan akhirnya mendapat pekerjaan di Jakarta. Akhirya Maryam pindah ke Jakarta. Awalnya keluarganya ragu, namun pak Khairudin percaya sang putri sudah bisa menjaga dirinya sendiri.
Setelah bekerja cukup lama di jakarta, ia mengenal seorang pria bernama Alam yang pada akhirnya merebut hati Maryam. Alam bukan seorang Ahmadi sehingga perlu waktu yang lama mendapatkan restu orang tua Maryam. Hal itu membuat Maryam sedikit menjauh dari keluarganya. Alam juga tidak mau menjadi Ahmadi namun ia tetap ingin menikahi Maryam sebagaimana mestinya. Maryam akirnya pulang ke Lombok meminta restu orang tuanya namun orang tua maryam masih tidak membolehkan dan Maryam lebih memilih Alam karena rasa cintanya. Maryam menikah dengan Alam di Jakarta, tanpa ada restu dari orang tuanya.
Perjalanan pernikahan Maryam dan Alam awalnya baik-baik saja namun ada sesuatu yang masih mengganjal kebahagiaan mereka. Ibu Alam masih saja menganggap Maryam sesat, hingga puncaknya Maryam dan Alam harus berpisah karena mereka sama-sama lelah dengan segala hal yang terjadi pada mereka. Dan kembalillah Maryam ke kampung halamannya di Lombok.
Sesampainya di Lombok ia masih bimbang apakah ia kembali kepada keluarganya? Apakah keluarganya masih menerimanya? Selama ini mereka tidak pernah berkomunikasi sama sekali. Hingga pada waktu Maryam sampai di kampungnya semua banyak yang berubah, banyak bangunan baru karena semakin lama kampung mereka di datangi wisatawan yang dullu hanya segelintir saja. Maryam mendatangi rumahnya dan rumah itu telah kosong, hanya ada pembantu yang melayani ayahnya ketika menjadi pedagang ikan. Orang tuanya di usir oleh warga karena di bialang aliran sesat. Hancurlah hati Maryam, bagaimana sekarang ia menemukan keluarganya. Harus mencari kemana mereka? Hingga akhirnya terbesit ada satu tempat yang sering mengadakan pengajian. Maryam bertemu dengan seorang pemimipin Ahmadi. Maryampun akhirnya tau dimana keluarganya berada, mendatangi mereka dengan rasa bersalah karena meninggalkan mereka begitu ia lebih memilih Alam yang sekarang malah mengecewakannya.
Tibalah Maryam di rumah orang tuannya, daerah itu disebut Gegerung. Ia memeluk ibunya dan juga adiknya meminta maaf sambil menangis, tangisan keluarga itu pecah. Selama berminggu-minggu Maryam tinggal di Gegerung. Hingga suatu saat ia menceritakan semua yang di alaminya kepada sang Ibu. Mereka bersyukur  Maryam kembali meski sudah berstatus janda. Maryam ppun di jodohkan lagi dengan pilihan orang tuanya. Seorang Ahmadi yang taat, dan sekarang meneruskan usaha bapaknya dulu, namanya Umar.
Sebelumnya diceritakan bahwa Umar ialah anak dari seorang saudagar susu dan madu asal Mataram. Umar kuliah di Udayana, Bali dan bertemu dengan gadis bernama Komang yang begitu ia cintai, namun sayang gadis itu beragama budha, dan otomatis keluarga Umar melarang Umar berhubungan dengan gadis itu, namun Umar tak mau. Meninggalnya bapak Umar membuat Umar tak bisa membiarkan ibunya sendiri dan sekarang berkat desakan ibu Ali (ibu Umar), Umar akhirnya mau dijodohkan dengan Maryam. Mereka menikah dan melakukan perjalanan mengelilingi Lombok. Tempat pertama yang mereka kunjungi ialah kampung kelahiraan maryam, Gerupuk. Mereka menginap di salah satu hotel dan tak sengaja bertemu dengan kawan lama Maryan, yaitu Nur. Pengusiran kembali terjadi setelah Maryam mengunjungi rumah Nur.
Hal tersebut membuat Maryam kecewa. Beberapa bulan kemudian Maryam Hamil dan orang tuanya melakukan pengajian namun ini adalah puncaknya, orang-orang mempercauai Fatwa MUI yang menganggap bahwa Ahmadi adalah aliran sesat, syukuran 4 bulan kehamilan Maryam tidak berjalan dengan mulus namun mereka di ganggu oleh warga sekitar melempari batu dan merusak rumah-rumah mereka. Polisi datang menenangkan, bukannya mengusir orang-orang yang menyerang kompeks Maryam, malah menyuruh orang-orang Ahmadi yang berkumpul di rumah maryam untuk di pindahkan ke pengungsian, beberapa warga tidak mau meninggalkan rumahnya, namun karena para polisi mengancam keselamatan mereka akhirnya mereka ikut saja. Kejadian di rumah Maryam mengakibatkan beberapa orang luka parah dan satu orang tua meninggal akibat jantung.
Mereka semua tinggal di gedung transmigrasi yang dinamai dengan Transito. Hingga berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Maryam pun sudah melahirkan anaknya yang dinamainya dengan Mandalika, tokoh fiksi yang di ambil dari sejarah Gerupuk. Banyak yang terjadi setelah itu, di Jakarta beberapa kali terjadi pergejolakan dan menganggap Ahmadi adalah sesat sehingga masyarakat di sini pun masih belum berani untuk tinggal di rumah. Rumah mereka yang dulu hancur dan dijarahi.
Mereka pernah meminta bantuan Gubernur, namun Gubernur malah menyuruh mereka untuk meninggalkan Ahmadi yang sesat itu. Mereka kira menemui Gubernur adalah prcuma karena ia tak bisa membantu sedikitpun hingga pada akhirnya ayah Maryam meninggal kkarena kecelakaan. Ibunya menyuruh untuk menguburkan bapakya di Gerupuk, tempat kelahiran sekaligus di sebelah makam kakek Maaryam, Naamun ketika mereka akan menguburkannya, warga mengusir mereka, Umar murka dan melawan, bahkan orang meninggalpun yang ingin di kuburkan dekat dengan kerbatnya tidak diperbolehkan. Akhirnya mereka memilih untuk menguburkan Pak Khairudin di Mataram.
Setelah 6 tahun keamanan mereka masih saja mmenjadi hal yang dipertanyakan, warga gegerung masih tinggal di Transito hingga anak-anak merekapun besar disana, sekolah di dekat transito. Anak-anak di sana seperti sudah lupa yang namnya rumah, hidup mereka hanya di pengungsian yang tiap keluarga hanya di beri sekat-sekat dari kain, kamarmandi yang tiap harinya mengantri untuk menggunakannya, dapur yang digunakan bersama-sama. Hal itu sebenarnya hal yang tidak mereka inginkan, sampai kapan mereka akan hidup di pengungsian tanpa keadilan. Diusir dari rumah-rumah mereka sendiri, di  rampas harta dan dihancurkan hasil dari keringat mereka.
Novel ini menyajikan hal yang terduga, mengupas hal-hal yang tidak pernah di banyangkan sebelumnya. Menceritakan sisi lain dari sebuah aliran agama yan tersisihkan, yang membuat keamanan pengikutnya terancam oleh keberadaan masyarakat lainnya. Menampar kalangan masyarakat yang tidak bisa berfikir bijak dan selalu mengikuti atau mempercayai rumor yang ada di masyarakat. Aku sendiri sangat benci dengan oknum-oknum masyarakat yang selalu membawa nama agama sebagai dasar mereka melakukan sesuatu yang menimbulkan kekacauan. Di dalam novel ini, ada beberapa cerita yang tidak hanya mengenai Maryam. Kisah adiknya, Fatimah ketika masih SMA juga membuat aku emosi, geregetan sama guru agamanya. Karena aliran yang diyakini keluarga Fatimah dibilang sesat, nilai agama Fatimah di beri nilai 5, lalu dengan percaya dirinya guru menganggap keluarga Fatimah sesat dan harus taubat. Uuuugh, sumpah tuh guru agamanya pengen banget aku ceramahin, bukannya aku sok atau bagaimana, tapi kepercayaan orang terhadap tuhannya bukannya hal itu adalah pilihan, terserah orang itu memilih agama apa yang terpenting tidak merugikan orang lain. Lagipula agama atau kepercayaan, benar atau salah bukan kita sendiri atau orang lain yang menentukan, serahkan pada Tuhan Yang Maha Mengetahui. Mengapa itu guru bisa menganggap keluarga Fatimah sesat, atas dasar apa mereka menyebut seperti itu? Apa karena MUI mengatakan bahwa alian tersebut SESAT??? Bahkan MUI juga melakukannya atas dasar apa? Aku sendiri bukan seseorang yang tau segalanya tentang agama, namun selama agama tersebut tidak melakukan kerugian bagi orang lain, itu sah-sah saja! Asal tidak merugikan kan ya udah. Kalo ada yang malah pindah menjadi Ahmadi, itu hanya masalah iman. Bagaimana mereka meyakini apa yang mereka imani aku yakin tidak akan ada yang namanya pindah aliran atau apapun. Pertebal iman kita sehingga tidak terpengaruh oleh rumor-rumor yang keberadaannya pun masih dipertanyakan. MUI, siapa mereka bisa menganggap sebuah agama itu sesat atau tidak, mereka bukan Tuhan yang tau benar dan salah, biarkan Tuhan yang menilai dan kita adalah umat beragama yang tidak menyukai kekerasan, haruskah menghancurkan rumah mereka? Melukai mereka dan memaksa mereka bertaubat? Siapa kita menyuruh mereka bertaubat? Apa kita sudah benar? Apa kita tidak pernah melakukan kesalahan? Ah, yang benar saja. Sudah jelas sekali Nabi Muhammad menyuruh kita untuk melindungi sesama bukan? Apakaha Nabi Muhammad pernah melakukan kekerasan kepada orang lain, Beliau hanya mengingatkan mereka bukan memaksa kehendak. Namun di novel ini, ada satu kalimat yang di ucapkan oleh salah satu ustad mengatakan bahwa darah kaum Ahmadi adalah HALAL? Heeeiii Halal dari mana? Kanibal iya. Hahaha sumpah tu orang beragama tapi kok biadab ya? Hihihi
Novel ini mempunyai inntrik-intrik mengenai sebuah iman dan kepercayaan, namun bukannya aku membela kaum Ahmadi atau apalah. Aku sendiri memiliki kepercayaan Ahlisunnah wal Jamaah atau Nadlatul Ulama. Namun aku memikirkan sebuah hal bukan dengan emosi atau apa, tapi memandang dari berbagai sisi mungkin perlu bagi kita. Jangan suka terbawa oleh hal-hal yang sudah di tetapkan, bahkan menilai sebuah agama darii satu sudut pandang saja, oh itu bener-bener gak rasional.
Akhir-akhir ini banyak sekali umat muslim yang tersakiti di berbagai belahan dunia, di israel perang yang gak pernah slesai, kaum rohingnya yang diusir dan di bantai secara brutal, pembantaian juga dilakukan kaum ISIS yag katanya membela Tuhan. Aku terkadang bingung terhadap mereka, apakah mereka tidah punya hati menyakiti sesamanya? Mengapa ini tak kunjung selesai?
Apalagi memasuki desember ini umat Kristiani juga akan melakukan lebaran mereka yaitu Natal, aku lihat di televisi banyak ormas-ormas yang dengan berlandaskan agama muslim menghancurkan toko atau penjual perbak pernik natal. Heeii lu siapa ngatur-ngatur orang yang lagi cari nafkah? Ini Indonesia negara dengan segala perbedaan, biasrkan mereka mencari nafkah asal gak nyuri kan udah? Melihatlah lebih luas, banyak orang muslim yang menjual pernak pernik natal karena ia ingin menafkahi keluarganya dengan uang yang halal, perlu diketahui banyak kok orang kristiani, tionghoa, dan lain sebagainya membuka toko baju muslim, kerudung dan lain sebagainya. Tidak salah juga orang muslim menjual pernak-pernik natal. Lagipula aku yakin, keyakinan mereka masih tetpa dan gak berubah. Kita tak berhak menilai orang lain, hanya Tuhan yang berhal melakukan itu. Berdakwahlah jika kalian ingin menyadarkan orang yang kalian anggap tidak pas dengan agama yang anda percayai, Nabi Muhammad selalu berdakwah untuk mengajak umatnya ke jalan yang baik bukan? itu adalah cara yang lebih baik dari pada memaksa mereka mengikuti kepercayaan kita.  Negara kita hidup didasarkan rasa kesatuan dari berbagai tingkat masyarakat, perbedaan suku, ras bahkan agama, jadi hargailah maka kita pula akan di hargai. Banyak-banyaklah melakukan kebaikan maka orang-orang tidak akan menganggap kita teroris, membunuh, melenyapkan itu tak dibenarkan dalam Islam. Dunia ini perlu adanya perdamaian bukan perang. Karena mukzizat itu datang kapan saja, aku berharap mukzizat itu akan segera hadir dan menyadarkan kita semua. Amin
Btw, ini hanya sebatas unek-unekku sih, kalo ada yang gak setuju yah monggo karena setiap orang kan punya pendapat masing-masing dan bebas akan pendapatnya itu sendiri. Heheh udah dulu yaa see you di next postinganku. Hehe oh ya.. buat umat Kristiani Selamat Natal dan Tahun Baru yaa ^^

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Fasilitas dalam Proses Pembelajaran

Analisis Unsur ekstrinsik Wacana pada novel Rantau 1 Muara bab Daster Macan

Permainan Tradisional