Problematika Ujian Nasional

Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting, karena salah satu kunci untuk memajukan sumber daya manusia yang ada di Indonesia. Untuk menentukan kemampuan siswa dalam bidang pendidikan yang ditujukan untuk memajukan SDM di Indonesia, pemerintah mengadakan ujian pada akhir tingkatan sekolah. Namun pada kenyataannya Ujian Akhir tingkat sekolah mendapatkan banyak masalah. Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan Ujian Nasional Akhir Sekolah selalu menghasilkan pro dan kontra. Padahal pemeritah mengadakan Ujian Akhir Nasional untuk memenuhi standart pendidikan yang ada di Indonesia. Kenyataanya pengaplikasian UNAS sangat bertentangan dengan UU No.20/2002 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 58 ayat 1dan KPI menilai bahwa evaluasi pendidikan merupakan hak pendidik, sehingga yang menentukan kelulusan siswa tetap berada di tangan pendidik atau sekolah. Namun UNAS itu sendiri mempunyai kelebihan dan kekuranganya. Kelebihanya adalah standarnya pendidikan di Indonesia secara merata. Kekurangan UNAS adalah kurang pengawasan dalam prosesnya, sehingga banyak terjadi penyelewengan-penyelewengan yang tidak sesuai dengan tujuan awal yakni wahana untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar dan menengah di negeri ini. Padahal pada pengaplikasianya  UNAS dianggap membebani siswa dalam belajar.
Lain halnya dengan EBTANAS. Melihat EBTANAS sebagai bagian paradikma konstruktif dunia pendidikan di indonesia, artinya EBTANAS akan membawa dinamika pendidikan Indonesia ke dalam prioritas “proses” bukan “hasil” (nilai tidak menjadi prioritas) maka setiap evaluasi yang dilakukan oleh dinas pendidikan ditunjang bagi seluruh perangkat pendidikan. EBTANAS akan lebih banyak menekankan kepada aspek afektif dan psikomotor peserta didik. EBTANAS juga akan meninjau segala kelemahan dan kelebihan dari kemampuan siswa sehingga dinas pendidikan dapat menyesuaikan sistem yang akan dipakai dalam tahun-tahun berikutnya (melihat realita nyata di lapangan). Kekurangan diadakanya EBTANAS ialah peserta didik akan semakin malas belajar untuk ujian akhir bertingkat nasional yang di adakan oleh pemerintah tersebut. Peserta didik akan menyepelekanya karena berapapun nilai yang akan dicapai tidak akan mempengaruhi kelulusan. Dan hal lainya yang membuat EBTANAS terlihat gagal karena kurang terpenuhinya standart pendidikan di Indonesia. Perlu diketahui bahwa standart pendidikan setiap tahun perlu adanya peningkatan. Dengan begitu pendidikan dapat maju sejalan dengan pertumbuhan dunia. UNAS dan EBTANAS menjadi sebuah penentuan yang memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Masalah yang terjadi bagaimana pemerintah menghapuskan kekurangan-kekurangan tersebut sehingga menghasilkan Peserta didik yang sesuai dengan cita-cita bangsa dan negara.
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana Perbedaan antara UNAS dan  EBTANAS?
Bagaimana problematika UNAS dan EBTANAS?
Bagaimana solusi pemecahan masalah tentang Ujian Akhir di Indonesia?

1.3 Tujuan
Mengetahui perbedaan antara UNAS dan EBTANAS.
Mengetahui problematika UNAS dan EBTANAS.
Mengetahui solusi pemecahan masalah tentangUjian Akhir di Indonesia.






Bab II
Pembahasan

Perbedaan UNAS dan EBTANAS
UNAS ialah singkatan dari Ujian Nasional Akhir Sekolah. Ujian ini merupakan ujian yang secara sederhana mengandung  makna menguji seseorang akan sesuatu yang telah dipelajari dalam tingkat pendidikannya. Ujian inilah yang menentukan kriteria lulus atau tidaknya seorang peserta didik dalam tingkat akhir pendidikan yang telah ditempuh. Dalam proses ujian, peserta didik merupakan sebuah objek, dan penguji adalah subjek. Dalam ujian penguji dan peserta didik tidak memiliki hubungan apapun. Ujian ini hanya mengukur kemampuan peserta didik dan tidak memerdulikan  kondisi fisik, psikologis, ekonomi dan sosial bahkan   sarana dan prasarana hingga lokasi tempat belajar sehari-hari. Yang diharapkan oleh ujian ini hanyalah hasil yang akan menentukan kelulusannya. Dan pada akhirnya Ujian Nasional Akhir Sekolah hanyalah ujian yang bertujuan menguji kemampuan peserta didik dalam memenuhi kiteria standart nasional yang telah ditentukan oleh negara.
EBTANAS ialah singkatan dari Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional. Ada hal yang terpenting dalam ujian ini. Yakni evaluasi belajar peserta didik dan yang kedua yakni ujian tahap akhir tingkat nasional.  Evaluasi belajar memiliki makna sebuah keinginan moral untuk memperbaiki, yang pada dasarnya melakukan refleksi untuk melihat apa yang sudah dilakukan mengenai mempertahankan yang sudah baik dan memperbaiki yang belum begitu baik. Dalam EBTANAS yang harus mengevaluasi yakni condong kepada peserta didik sehingga yang harus memperbaiki ialah peserta didik itu sendiri, padahal peran pendidik juga bisa berpengaruh namun dalam hal ini peserta didiklah yang menjadi penanggung jawab utama. Pengevaluasian bukan hanya pada peserta didik, namun masih banyak lagi karena peserta didik belajar di bawah bimbingan pendidik (guru) di sekolah,  bimbingan orang tua di rumah, dan bimbingan masyarakat di lingkungan. Semua komponen itulah yang akan mendukung proses peserta didik belajar di sekolah, dan jika seluruh komponen dapat berkorelasi dengan baik maka  peserta didik dapat berproses dan menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Kualitas hasil belajar akan terkontrol jika evaluasi belajar juga dilakukan berkali-kali, dalam hal ini EBTA merupakan evaluasi belajar tingkat akhir sehingga evalusi ini hanya bisa diperbaiki dengan mengulang dan mungkin akan menjadi sangat menyedikan, namun jika dapat diterima dengan lapang dada maka akan menghasilkan perkembangan kemampuan peserta didik yang akan lebih baik. EBTA sebagai evalusi belajar tingkat daerah lain halnya dengan EBTANAS yang berstandar Nasional meskipun soal yang menjadi pengujian merupakan kontribusi dari pendidik-pendidik seluruh wilayah Indonesia dan secara nasional EBTANAS akan mengevaluasi keseluruhan hasil belajar peserta didik yang mengikuti ujian.
Perbedaan yang sangat signifikan terjadi dalam hal pengujian tersebut. Banyak percobaan yang telah dilakukan pemerintahan untuk menghasilkan SDM yang berstandar tinggi namun masih banyak masalah yang terjadi. Banyak hal yang menjadi permasalahan dalam ujian yang dilakukan pemerintah. UNAS dan EBTANAS mempunyai perbedaan dengan konsekuensi yang berbeda pula. Dalam UNAS, pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan yang berfungsi menjadi pihak penentu standart dalam pengujian. Namun dalam EBTANAS, pemerintah sebagai pihak penyelenggara pendidikan nasional, termasuk sebagai pihak yang ikut dievaluasi. Maka pemerintah bertanggung jawab atas perbaikan yang diperlukan, dengan memberikan tindakan pasti seperti penentu kebijakan dan segala hal yang mengikutinya demi terjaminya kualitas pendidikan di Indonesia.
Pro Kontra UNAS dan EBTANAS
Ujian Akhir yang diselenggarakan tingkat nasional merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam menentukan kelulusan seorang peserta didik dalan jenjang pendidikanya. Dalam kebijakan pemerintah ini banyak sekali pro beserta kontra yang menghiasi UNAS dan EBTANAS.
Dalam kenyataanya Pemerintah menghadirkan UNAS agar dapat tercapainya suatu standart pendidikan yang telah pemerintah rencanakan untuk pendidikan nasional sehingga pendidikan secara merata bisa diterapkan di seluruh wilayah di Indonesia. Sedangkan EBTANAS  hanya pengevaluasi hasil dari peserta didik dan kelulusan tak hanya dipengaruhi pemerintah namun juga sekolah tempat si peserta didik belajar juga sangat mempengarui.
UNAS yang mengacu pada hasil tidaklah efesien dalam menentukan kelulusan karena banyak hal yang menjadi problema dalam UNAS dan BTANAS, seperti  dalam UNAS soal ujian yang menyebar melalui oknum-oknum tertentu dan ilegalnya pembelian soal-soal tersebut. Di tambah lagi dengan dijualnya kunci jawaban yang banyak tersebar melalui media elektronik seperti via sms, bbm dan facebook. Dalam UNAS masalah tersebut bahkan menjadi sebuah hal yang sangat memepengaruhi. Dalam konteks kejujuran para pendidik di Indonesia saat ini sangatlah lemah, mereka takut bahwa peserta didik yang mereka didik tidak dapat lulus sehingga banyak berbagai cara pihak sekolah melakukan pembelian kunci jawaban. Pada akhirnya semangat yang peserta didik dibangun sejak awal menjadi percuma dan tak ada gunanya. Sedangkan pada saat EBTANAS, kepala sekolah dan guru benar-benar berusaha semaksimal mungkin membantu peserta didik dengan memberi pelajaran tambahan dan memotivasi peserta didik agar mereka dapat mengerjakan dengan baik dan jujur. Dengan begitu peserta didik akan lebih semangat untuk mempersiapkan diri karena pendidik sebagai orang tua yang tak hanya menyokong dalam hal pengetahuan namun juga membantu memberikan kepercayaan diri peserta didik yang akan melakukan ujian. Dalam EBTANAS sangan sulit sekali mendapatkan kunci meskipun ada saja oknum nakal yang menjual kunci pada kepala sekolah atau guru, hal itu disebabkan karena kepala sekolah masih percya dengan kemampuan peserta didik serta tidak mau menanggung resiko lebih tinggi dan merusak nama baik sekolahnya. Selain itu dikarenakan karena EBTANAS ujian yang setiap provinsinya berbeda soal maupun kunci, jika sekolah mendapatkan kunci maka ditakutkan terjadinya kesalahan pengiriman kunci sehingga sekolah akan menanggung resiko tidak lulus satu sekolah bahkan bisa jadi sati profinsi banyak yang tidak lulus jika menguunakan kunci yang salah. Kepala Disdik DIJ, Kadarmanta Baskara Aji menegaskan bahwa nilai UNAS bukan semata-mata penentu kelulusan peserta didik seperti yang banyak diketahui oleh masyarakat.  Bobot nilai UNAS, hanya berpengaruh pada kelulusan. Nilai UNAS bahkan tidak menjamin kelulusan peserta didik, bila tidak diimbangi nilai sekolah  dan perilaku beljar peserta didik selama mengikuti kegiatan belajar mengajar. Bahkan Aji juga menceritakan kasus peserta didik yang tidak lulus di Jogjakarta beberapa tahun lalu sebagai bukti bahwa nilai UNAS tidak menjadi penentu kelulusan. Slamet Sutrisno mengusulkan supaya penyelenggaraan ujian dikembalikan lagi dalam bentuk Evaluasi Belajar Tahap  Akhir Nasional ( EBTANAS ) maupun Evalusi Belajar Tahap Akhir ( EBTA ). Keduanya menekankan kemampuan belajar ditiap tiap daerah. Selain itu, penyelenggaraan dengan nilai  EBTANAS murni membuat guru – guru bertindak lebih jujur.
Peserta didik juga sangat dikhawatirkan dengan kepercayaan diri mereka saat UNAS berlangsung. Peserta didik banyak mengakui takut akan UNAS karena penentu mereka ialah pemerintah yang tak pernah tau kemampuan peserta didik dan pemerintah hanya sebagai pihak penyelenggara bukan penilai, selain itu pemerintah tak bertanggung jawab atas hasil para peserta didik yang mengikuti ujian. Inilah sebabnya tak hanya peserta ujian yang menjadi ketakutan pada Ujian tersebut namun para pendidik dan orang tuapun juga ikut merasakan apa yang dirasakan peserta ujian tersebut. Apalagi bagi jika peserta didik sudah siap dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk mengerjakan ujian, namun pihak guru memberikan kunci jawaban lagi, peserta didik secara langsung akan menjadi panik dan ragu akan jawabannya yang dibandingkan dengan kunci tersebut. Kendati UNAS dijadikan pemetaan kualitas pendidikan, langkah tersebut tetap tidak sejalan dengan semangat pancasila. Menurut Slamet Sutrisno, dosen Universitas Gajah Mada (UGM) diadakanya UNAS tidaklah berdampak pada pengembangan perilaku peserta didik. Slamet berpendapat bahwa Kemendikbud RI harus mendengar masukan dari masyarakat yang meminta ditiadakannya UNAS. Tak berbeda jauh dengan UNAS, EBTANAS juga memiliki kesamaan bagi siswa, rasa takutpun juga dirasakan namun karena pembekalan dari pendidik sudah dapat ditangani dengan baik, peserta didik siap dan percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya. Pembekalan EBTANAS dan UNAS memiliki perbedaan sendiri yang dipengaruhi oleh kurikulum dan beberapa faktor lainya.

2.3 Solusi Pemecahan Masalah  Ujian Akhir Yang Tidak Membebani Siswa
Dalam pencapaian kegiatan belajar mengajar,  ada banyak hal yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengetahui standart keberhasilan peserta didik. Salah satunya adalah dengan adanya Ujian Nasional dan Ebtanas. Tetapi pada kenyataanya Ebtanas telah ditiadakan dan diganti dengan Ujian Nasional. Beberapa tahun ini pemerintah Indonesia telah menyelenggarakan ujian Nasional mulai dari tingkatan SD, SMP/MTS, SMA/ALIYAH dan Sederajat. Tapi belakangan ini untuk tingkatan SD Ujian Nasional telah dihapuskan dan diganti dengan USEK ( Ujian Sekolah ). Dengan adanya ujian ujian yang diselenggarkan oleh pemerintah membuat para guru dan peserta didik semakin menggebu gebu dan semangat dalam belajar mengajar. Hal ini disebabkan karna mereka ingin mencapai tujuan akhir pembelajaran dengan nilai yang memuaskan dan menjadi peringkat tertinggi.
Sebenarnya kebijakan pemerintah dalam standart kelulusan tidak begitu mendukung, pemerintah melihat nilai kelulusan bedasarkan nilai yang dihasilkan ketika ujian Nasional. Dan pemerintah yang memutuskan lulus tidaknya peserta didik. Akibatnya pihak sekolah melakukan penyelewengan terhadap Ujian Nasional yang telah ditentukan oleh pemerintah. Dengan berbagai cara yang dilakukan oleh sekolahan untuk mencari cara agar anak didiknya lulus dan mendapatkan nilai yang memuaskan. Diantaranya dengan bocoran kunci jawaban yang merajalela. Dalam penyelewengan tersebut ada banyak pihak  yang berkolaborasi antara satu sekolah  dengan sekolah lain, kepolisian dengan guru atau pihak sekolah. Dari situlah pemerintah semakin tahun semakin memperketat adanya Ujian Nasioanl.
Sedangkan Ebtanas yang dulunya digunakan oleh pemerintah untuk mengetahui standart pembelajaran peserta didik telah ditiadakan. EBTANAS dan UNAS mengalami perbedaan yang mendalam. Kalau Ebtanas semua kisi kisi atau materi telah ditentukan oleh pemerintah, sedangkan yang menggelola daerah tertentu sesuai kemampuan peserta didiknya, jika ada permasalahan permasalahan tentang pembelajaran peserta didik, pemerintah akan menggoreksi dan mencari tahu apa penyebab terjadinnya itu, dan mencari solusinya.  Adapaun Ujian Nasioanal semua yang terkait dengan ujian yang menyelenggarakan adalah pemerintah tanpa adannya campur tangan dari pihak sekolah atau daerah.
Banyak perdebatan para guru dan pemeritahan mengenai kelulusan peserta didik, karna guru tidak berperan penting dalam kelulusan ini. Solusi yang tepat adalah pemerintah bersifat  terbuka, dan menyerahkan semua kelulusan kepada sekolah atau daerah tertentu. Karna sekolahanlah yang mengetahui bagaimana sikap dan tingkah laku peserta didik selama belajar. Karna seorang peserta didik tidak hanya belajar tentang materi – materi saja , tetapi moral dan etika juga diajarakan sebagai tolak ukur kelulusan peserta didik.
Sebenarnya jika UNAS dan EBTANAS diselenggarakan dengan serius pendidikan di Indonesia pasti dan sudah seharusnya semakin lebih baik karena UNAS meratakan nilai pendidikan di seluruh wilayah Indonesia dan  EBTANAS yang dapat mengevalausi pemerintah dalam menyelenggarakan Ujian.Dan jika UNAS dan EBTANAS didukung dan dipersiapkan sebaik-baiknya sudah pasti Indonesia akan mendapatkan orang-orang yang hebat karena kemampuan yang dimilikinya dan seluruh pendidik dan peserta didik di Indonesia mendapatkan tujuan yang sama yakni mampu bersaing tak hanya di wilayahnya saja namun bisa di lingkup nasional maupun internasional. Pemerintah juga mendapatkan orang-orang hebat yang tak hanya berada dari wilayah perkotaan saja namun memberi kesempatan orang-orang pelosok untuk mendapatkan cita-citanya, dengan begitu Indonesia dapat meningkatkan SDM yang menyeluruh dan berkualitas internasional.






Bab III
Penutup
3.1 Simpulan
UNAS ialah singkatan dari Ujian Nasional Akhir Sekolah. Ujian ini merupakan ujian yang secara sederhana mengandung  makna menguji seseorang akan sesuatu yang telah dipelajari dalam tingkat pendidikannya. EBTANAS ialah singkatan dari Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional. Ada hal yang terpenting dalam ujian ini. Yakni evaluasi belajar peserta didik dan yang kedua yakni ujian tahap akhir tingkat nasional. Perbedaan yang sangat signifikan UNAS, pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan yang berfungsi menjadi pihak penentu standart dalam pengujian. Dalam EBTANAS, pemerintah sebagai pihak penyelenggara pendidikan nasional, termasuk sebagai pihak yang ikut dievaluasi. Solusi yang tepat adalah pemerintah bersifat  terbuka, dan menyerahkan semua kelulusan kepada sekolah atau daerah tertentu. Karna sekolahanlah yang mengetahui bagaimana sikap dan tingkah laku peserta didik selama belajar.

3.2 Kritik
Seharusnya pemerintah lebih jeli dalam menentukan kebijkan yang berkaitan dengan semua aspek pendidikan yang ada di indonesia.
Lebih peka terhadap semua peserta didik agar tidak membuat peserta didik terganggu stres atau bahkan membebani dalam pengambilan keputusan tentang pendidikan.
3.3 Saran
Sebaiknya pemerintah dalam pengambilan keputusan tentang pendidikan juga mengikut sertakan guru, karena guru yang lebih tau akan kemampuan peserta didiknya.
Sebaiknya meningkatkan mutu pendidikan bukan hanya dengan kurikulum tapi tingkatkan semua yang dibutuhkan dalam pendidikan.


Daftar Pustaka

Mulyadi, Stephanus. 2007. “Perbedaan makna UAN dan EBTANAS”, (Online), (www.kabarindonesia.com/berita.php, diakses 22 Juli 2007)
Harianto, Didin. 2013. “Polemik Ujian Akhir Nasional (UAN), (Online),
(www.hariantodidin.blogspot.in/2013/02/polemik-ujian-akhir-nasional-uan.html, diakses 05 Februari 2013)
Karinacilubppba. 2010. “Keunggulan dan Kelemahan UN”, (Online),
(www.aiintcilubppba.blogspot.in/2010/02/keunggulan-dan-kelemahan-un.html, diakses 27 Februari 2010)
Koran Jawa Pos Radar Jogja berjudul “Unas Bertentangan dengan Pancasila” oleh Guntur Aga Tirtana.
Koran Jawa Pos Radar Jogja berjudul “Ujian Nasional diganti EBTANAS” oleh Yuesta Putu Ayu.
Koran Surya Media berjudul “Ebtanas Lebih Cocok Ketimbang UN”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Fasilitas dalam Proses Pembelajaran

Analisis Unsur ekstrinsik Wacana pada novel Rantau 1 Muara bab Daster Macan

Permainan Tradisional